Selasa, 15 November 2011

APLIKASI AGRORAMA UNTUK TANAMAN TEBU

PANDUAN APLIKASI AGRORAMA
PADA BUDIDAYA TANAMAN TEBU
(Saccharum officinarum L)

I.       PENDAHULUAN
1.1  Sekilas Tanaman Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) merupakan tanaman pokok penghasil gula. Produktivitas tanaman ini dipengaruhi iklim, jenis tanah, pengairan, jarak tanam dan varietas. Salah satu masalah utama budidaya tebu adalah tingginya kompetisi gulma, terutama ketika tumbuhan masih muda.
Gulma merupakan pesaing untuk mendapatkan air, zat hara, sinar matahari dan ruang tumbuh. Disamping itu dapat menjadi sarang hama dan penyakit serta dapat menghasilkan senyawa sekunder yang bersifat racun. Herbisida merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan gulma, karena penggunaannya sederhana dan efektif. Namun senyawa ini juga dapat mematikan tanaman muda. Untuk itu perlu ditemukan tanaman tebu yang tahan terhadap herbisida.
Penemuan varietas baru dapat dilakukan melalui seleksi. Dasar permuliaan tanaman adalah adanya keragaman genetik pada sel. Keragaman ini dapat dinaikan dengan induksi radiasi energi tinggi sehingga terjadi mutasi sel (Novak, 1973). Meskipun metode ini sering menimbulkan tanaman baru yang steril, kemampuan regenerasi dan daya hidupnya rendah. Sterilitas dan rendahnya daya hidup sel disebabkan dosis radiasi yang kurang tepat.sedang rendahnya daya hidup sel disebabkan tingginya frequensi subkultur (Gao dkk, 1991; Mac Donnald dkk., 1991). Menurut Handro (1981) dan Novak (1991) kultur yang telah diradiasi harus segera dipindah ke medium segar, namun sebailknya menurut Thrope (1982) subkultur dapat menurunkan kemampuan regenerasi.
Tebu varietas M442-51 (BZ 148) merupakan hasil persilangan antara varietas B 37172 dengan M 213-40 yang diintroduksi dari Mauritius. Batang tebu varietas B 37172-51 (BZ 148) berbentuk silindris penampang lintang bulat, lapisan berlubang kecil. Pelepah daun tanpa bulu, bila ada membentuk jalur sempit yang tidak sampai ke ujung pelepah. Upih pendek sampai sedang, tegak. Tepi sayap mata tunas rata, tanpa rambut jambul dan pita. Produktivitas di lahan sawah sekitar 100-140 ton per hektar, sedang di lahan kering 40-96,6 ton per hektar. Keunggulan varietas ini antara lain mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai type iklim, jenis lahan dan tanah, tahan terhadap hama penggerek batang dan pucuk, serta tahan terhadap penyakit mosaik, pokabung dab blendok (Anonim, 1982).
   
1.2  Klasifikasi Botani
 Tanaman tebu (Saccharum officinarum L) diklasifikasikan sebagai berikut :

Filum               :  Angiospermae
Sub Filum        :  Monocotyledoneae
Divisi               :  Glumiflorae
Ordo                :  Gramiles
Familia            :  Graminae
Sub Familia     :  Panicoideae
Tribe                :  Andropogoneae
Sub Tribe         :  Saccharine
Genus              :  Saccharum
Spesies            :  Saccharum officinarum L

I I. PERSYARATAN TUMBUH
 ·         Kesesuaian Iklim
Tanaman tebu dapat tumbuh didaerah yang beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35º LS dan 39º LU. Unsur unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.
·         Curah hujan
Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya, namun menghendaki keadaan kering menjelang berakhirnya masa pertumbuhan vegetatif agar proses pemasakan (pembentukan gula)dapat berlangsung dengan baik. Berdasarkan kebutuhan air pada setiap fase pertumbuhannya, maka secara ideal curah hujan yang diperukan adalah 200 mm per bulan selama 5 – 6 bulan berurutan, 2 bulan transisi dengan curah hujan 125 mm per bulan, dan 4-5 bulan berurutan dengan curah hujan kurang dari 75 mm tiap bulannya. Daerah dataran rendah dengan curah hujan tahunan 1.500 – 3.000 mm dengan penyebaran hujan yang sesuai dengan pertubuhan dan kemasakan tebu merupakan daerah yang sesuai untuk  pengembangan tanaman tebu.
·         Sinar Matahari
Radiasi sinar matahari sangat diperlukan oleh tanaman tebu untuk pertumbuhan dan terutama untuk proses fotosintesis yang menghasilkan gula. Jumlah curah hujan dan penyebarannya disuatu daerah akan menentukan besarnya intensitas radiasi sinar matahari. Cuaca berawan pada siang maupun malam hari bisa menghambat pembentukan gula. Pada siang hari, cuaca berawan menhambat proses fotosintesis, sedangkan pada malam hari menyebabkan naiknya suhu yang bisa mengurangi akumulasi gula karena meningkatnya proses pernafasan.
·         Angin
Angin berkecepatan kurang dari 10 km/jam adalah baik bagi pertumbuhan tebu karena dapat menurunkan suhu dan kadar CO2 disekitar tajuk tebu sehingga fotosintesis tetap berlangsung dengan baik. Kecepatan angit yang lebih dari 10 Km/jam disertai hujan lebat bisa menyebabkan robohnya tanaman tebu.
      ·         Suhu
Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu pertama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan berkisar antara 24 - 30º, beda suhu musiman tidak lebih dari 6º, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 10º.
·         Kelembaban Udara
Kelembaban udara tidak banyak berpengaruh pada pertumbuhan tebu asalkan kadar air cukup tersedia di dalam tanah, optimumnya < 80%.
·         Kesesuaian Lahan
Tanah merupakan faktor fisik yang terpenting bagi pertumbuhan tebu. Tanaman tebu dapat tumbuh dalam berbagai jenis tanah, namun tanah yang baik untuk pertumbuhan tebu adalah yang dapat menjamin kecukupan air yang optimal. Tanah yang baik untuk tebu adalah tanah dengan solum dalam (>60 cm), lempung, baik yang baerpasir dan lempung liat. Derajat keasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 5,5 – 7,0. tanah dengan pH dibawah 5,5 kurang baik bagi tanaman tebu dengan keadaan leingkungan tersebut sistem perakaran tidak dapat menyerap air maupun unsur hara dengan baik, sedangkan tanah dengan pH tinggi (d atas 7,0) sering mengalami kekurangan unsur P karena mengendap sebagai kapur fosfat, dan tanaman tebu akan mengalami “cholosis” daunya karena unsur Fe yang diperlukan untuk pembentukan daun tidak cukup tersedia. Tanaman tebu sangat tidak menghendaki tanah dengan kandungan Cl tinggi.
Berpedoman pada syarat tumbuh tanaman tebu, maka faktor pembatas utama untuk tanaman tebu adalah kesuburan tanah, solum tanah, kemiringan lereng dan tekstur tanah. Pengusahaan tanaman tebu harus dilakukan pada tanah dengan kemiringan, <8 %. Tanah kelas S1, S2 dan S3 tanpa faktor pembatas yang berat merupaka kelas lahan yang sesuai untuk tanaman tebu. Sebaran lahan tebu di Indonesia disajikan pada table berikut ini :




Kelas Kesesuaian Lahan dan Faktor Pembatas
Suber : Tjokrodirjo, 2000


No.
Iklim
Jenis Tanah
Lokasi
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
B1
B2

C2
C3
C3
C3
D2
D2
D3
D4
E

Aluvial
Podsolik Merah
Kuning
Aluvial
Latosol
Mediteran
Regosol
Mediteran
Latosol
Aluvial
Mediteran
Aluvial
Medan
Lampung (Bunga Mayang, Cintamanis, Gunung Madu, GPM)
Jatiroto, Pelaihari (Kal-Sel)
Cirebon
Jatitujuh, Jawa Barat
Jengkol, Jawa Timur
Camming, Sulawesi Selatan
Subang, Jawa Barat
Jawa Tengah Utara
Takalar, Sulawesi Selatan
Pasuruan dan Sekitarnya.


Dari persyaratan tumbuh untuk tanaman tebu dapat diringkaskan sebagai berikut :


Komponen
Syarat Tumbuh
Korelasi *)
(dgn rendemen)
Letak lintang
Iklim
Curah Hujan

Penyinaran
Matahari
Suhu Optimum
Suhu Maksimum
Angin
Kelembaban Udara
Tanah
Topografi
Sifat fisik


Sifat kimia


Kelas Kesesuaian
35º LS dan 39ºLU

1.500 – 1.300 mm per tahun dengan 4-5 bulan kering nyata
Matahari Penuh tanpa awan

24 – 30
32º
< 10 Km/jam
<80 %

0 – 5%
Drainase baik, tidak ada bantuan di permukaan(<40 cm), solum dalam (>60cm)
pH 5,5 – 7,0 ketersediaan hara seimbang, tidak terdapat Cl dalam jumlah banyak.
S, S2, S3 tanpa faktor penghambat yang berat


- 0,70

- 0,37


- 0.66

Keterangan : *) = Windhiharto dan Chujaemi (2000)


III.       PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1  Bibit
Bibit sebaiknya bermutu tinggi baik secara genetik, fisik dan fisiologi. Jenis tebu yang sering ditanam POY 3016, P.S. 30, P.S 41, P.S. 38, P.S. 36, P.S. 8, B.Z 132, B.Z. 62. dll.
Lakukan seleksi bibit di luar kebun, Bibit stek harus ditanam berhimpitan agar mendapatkan jumlah anakan semaksimal mungkin. Kebutuhan bibit stek ± 70.000,-  per ha
Sebelum bibit ditanam, sebaiknya bibit direndam dalam larutan Pupuk Majemuk Cair Agrorama dengan konsentrasi 3 cc/liter air pelarut selama ± 15 menit.

3.2  Persiapan Lahan
Sebaliknya pembukaan dan penanam dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik, ukuran got standar ; Got keliling/mujur lebar 60 cm; dalam 70 cm, Got malang/palang lebar 50 cm ; dalam 60 cm. Buangan tanah got diletakan di sebelah kiri got. Apabila got diperdalam lagi setelah tanam, maka tanah buangannyadiletakan di sebelah kanan got supaya masih ada jalan mengontrol tanaman.
Juringan/cemplongan (lubang tanam), baru dapat dibuat setelah got-got malang mencapai kedalaman 60 cm dan tanah giliran got sudah diratakan. Ukuran standar juringan adalah lebar 50 cm dan dalam 30 cm untuk tanah basah, 25 cm untuk tanah kering. Pembuatan juringan harus dilakukan dua kalai , yaitu stek pertama dan kedua secara rapi. Jalan kontrol dibuat got mujur dengan lebar  ± 1 meter. Setiap 5 bak dibuat jalan kontrol sepanjang got malang dengan lebar ± 80 cm. Pada juring nomor 28, guludan diratakan untuk jalan kontrol  (jalan tikus)
Kemudian proses turun tanah  yaitu mengembalikan tanah stek kedua kedalam juringan untuk membuat kasuran/bantalan/dasar tanah. Tebalnya tergantung keadaan , bila tanahnya masih basah ± 10 cm dimusim kemarau     terik   tebal   ± 15- 20 cm .
Setelah tanah beberapa hari, kemudian setelah itu semprotkan larutan Decomposer Agrorama ke dalam tanah/juringan dengan dosis 5 liter/Ha dan konsentrasi minimal 4 cc/liter air pelarut.

3.3    Penanaman
  3.3.1. Cara Tanam
·     Bibit Bagal/debbelto/generasi
Tanah kasuran harus diratakan dahulu, kemudian tanah digaris dengan alat yang runcing dengan kedalaman ± 5 – 10 cm bibit dimasukan kedalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke samping. Selanjutnya bibit ditimbun dengan tanah.
·         Bibit Rayungan (bibit yang telah tumbuh dikebun bibit).
Jika bermata (tunas) satu ; batang bibit terpendam dan tunasnya menghadap ke samping sedikit miring, ± 45º. Jika bibit rayungan bermata dua; batang bibit terpendam dan tunas menghadap ke samping dengan kedalaman ± 1 cm.
Bibit gagal (stek) dan rayungan sebaiknya ditanam secara terpisah di dalam petak petak tersendiri supaya pertumbuhan tanaman merata.
         3.3.2. Waktu Tanam
Berkaitan dengan masaknya tebu dengan endemen tinggi tepat pada bulan Mei, Juni dan Juli.

3.4    Pemeliharaan Tanaman
         3.4.1 Aplikasi Pemupukan
·         Pupuk Dasar : Pupuk dasar berupa pupuk Za sebanyak 300 Kg dan SP-36 sebanyak 250 Kg/Ha diberikan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam.
·         Pupuk susulan kimia berikutnya berupa ZA sebanyak 400 Kg dan KCl 200 Kg/Ha dan diberikan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.
·         Penyemprotan Agrorama ke-1 diberikan pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah tanam, dosis yang diberikan 2.500 cc per Ha, dengan konsentrasi 3-4 cc perliter air pelarut, atau 1,5 – 3 tutup botol Agrorama untuk tangki ukuran 14 liter air.kebutuhan air pelarut untuk 1 Ha adalah sebanyak 625-830 liter air.
·         Penyemprotan Agrorama ke-2 diberikan pada saat tanaman berumur 12 minggu setelah tanam, dosis yang diberikan 2.500 cc per Ha, dengan konsentrasi 3 – 4 cc per liter air pelarut untuk 1 Ha adalah sebanyak 625 – 830 liter air.


3.4.2. Penyulaman

·         Penyulaman sisipan, dikerjakan 5 – 7 hari setelah tanam, yaitu untuk tanaman rayungan bermata saru
·         Penyulaman Ke- 1, dikerjakan pada umur 3 minggu dan berdaun 3-4 helai. Bibit dari rayungan bermata dua atau pembibitan. Penyulaman yang berasal dari ros/pucukan tebu dilakukan ketika tanaman berumur ± 1 bulan
·         Penyulaman ke-2 harus selesai sebelum pembumbunan, bersama sama dengan pemberian air ke – 2 rabuk ke-2 yaitu umur 1,5 bulan.
·         Penyulaman ekstra bila diperlukan, yaitu sebelum pengerjaan pembumbunan ke-2.

3.4.3. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman tebu dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang ada pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.

3.4.4. Pengairan
 Setelah bibit ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya. Penyirman dilakukan pada fase vegetative dan generative dengan mengalirkan air di parit-parit juringan (Sistem leb). Penyiraman dilakukan dengan menyesuaikan kondisi cuaca di lapangan.

3.4.5. Pembumbunan
·         Pembumbunan ke – 1 dilakukan pada umur 3-4 minggu, yaitu berdaun 3-4 helai. Pembumbunan dilakukan dengan cara membersihkan rumput-rumputan, membalik guludan dan menghancurkan tanah (jugar) lalu tambahkan tanah ketanaman sehingga tertimbun tanah.
·         Pempbumbunan ke – 2 dilakukan jika anakan tebu sudah lengkap dan cukup besar ± 20 cm, sehingga tidak dikuatirkan rusak atau patah sewaktu ditimbun tanah atau ± 2 bulan.
·         Pembumbunan ke-3 atau bacar dilakukan pada umur 3 bulan, semua got harus diperdalam ; got mujur sedalam 70 cm dan got malang 60 cm.

3.4.6. Penggarpuan
Penggarpuan harus dikerjakan sampai ke pinggir got, sehingga air dapat mengalir. Biasanya dikerjakan pada bulan Oktober/November ketika tebu mengalami kekeringan.

3.4.7. Klentek
Klentek adalah pengerjaan untuk melepaskan daun tebu kering, pengerjaan ini harus dilakukan 3 kali, yaitu sebelum gulud akhir, kemudian pada umur 7 bulan dan terakhir pada umur 4 minggu sebelum tebang.

3.4.8. Mengikat Tebu Roboh
Batang tebu yang roboh atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Ros – ros tebu, yang terdiri dari satu deretan tanaman, disatukan dengan rumpun-rumpun dari deretan tanaman, disatukan dengan rumpun-rumpun dari deretan tanaman disisinya, sehingga berbentuk menyilang.
3.5     Hama dan Penyakit
           3.5.1. Hama
    ·         Hama Penggerek Pucuk dan Batang 
Biasanya menyerang mulai umur 3-5 bulan. Kendalikan dengan musuh alami ricogramma              sp dan lalat Jatiroto, semprot PESTONA/Natural BVR
    ·         Hama tikus
Kendalikan dengan  gropyokan, musuh alami yaitu : ular, anjing atau burung hantu.
          3.5.2. Penyakit
    ·      Penyakit Fusarium Pokkahbung
Penyebab jamur Gibbrella moniliformis. Tandanya daun klorosis, pelepah daun tidak sempurna dan pertumbuhan terhambat, ruas-ruas bengkok dan sedikit gepeng serta terjadi pembusukan dari daun ke batang. Penyemprotan dengan larutan Decomposer Agrorama, konsentrasi 8 cc per liter air atau ukuran 14 liter air pada daun-daun muda setiap minggu dan pengembusan tepung kapur tembaga sesuai dengan dosis anjuran.
    ·         Penyakit Dongkelan.
Penyebab jamur Marasnius saccari, yang bias mempengaruhi berat dan rendemen tebu. Gejala , tanaman tua sakit tiba-tiba, daun mengering dari luar ke dalam. Pengendalian dengan cara penjemuran dan pengeringan tanah, harus dijaga, semprotkanlarutan Decomposer Agrorama pada tanah sejak awal dengan dosis 4,5 liter per Ha.
     ·         Penyakit Nanas
Disebabkan jamur Ceratocytis paradona. Menyerang bibit yang telah dipotong. Pada tapak (potongan) pangkas, terdapat warna merah yang bercampur dengan warna hitam dan menyebarkan bau seperti nanas. Bibit tebu direndam dengan larutan Decomposer Agrorama, konsentrasi 4 cc/liter air.
     ·         Penyakit Blendok
Disebabkan oleh bakteri Xanthomonas albilincans mula-mula muncul pada umur  tanaman 1,5 – 2 bulan setelah tanam. Daun-daun klorotis akan mengering, biasanya pada pucuk daun dan umumnya daun-daun akan melipat sepanjang garis-garis tadi. Jika daun terserang hebat, seluruh daun bergaris-garis hijau dan putih.

3.6 Panen
Proses kemasakan tebu merupakan proses yang berjalan dari ruas ke ruas yang tingkat kemasakannya tergantung pada ruas yang bersangkutan. Tebu yang sudah mencapai umur masak, keadaan dasar gula di sepanjang batang seragam, kecuali beberapa ruas di bagian pucuk dan pangkal batang. Usahakan agar tebu ditebang saat rendemen pada posisi optimaal yaitu sekitar bulan Agustus atau tergantung jenis tebu. Tebu yang berumur 10 bulan akan mengandung saccharose 10 %, sedang yang berumur 12 bulan bisa mencapai 13 %.

3.7 Tebu Keprasan
Yaitu menumbuhkan kembali bekas tebu yang telah ditebang, baik bekas tebu giling atau tebu bibitan (KBD). Kebun yang akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran dan gulma bekas tebangan yang lalu. Sebelum mengepras, sebaiknya tanah yang terlalu kering di airi dulu. Kepras petak-petak tebu secara berurutan. Setelah lahan bersih, semprotkan larutan Decomposer Agrorama pada tanah dengan dosis 4,5 liter/Ha. Pemupukan kimia dan penyemprotan PMC Agrorama serta pemeliharaan selanjutknya sama dengan tanaman tebu pertama.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar